Jumat, September 28, 2007

Kampung Koperasi


Kampung Koperasi
“Pertama Kutatap Indah, Selanjutnya?”
Oleh : Cep Anton Firtana

Perjalanan panjang tanpa akhir, sepi perjalananku tanpa seorang temanpun, ketika aku berteriak yang terdengar hanyalah bisikan, bisikan yang menyayat dan merintih, sanggupkah aku mengarungi semua itu, jika yang memang aku pikirkan lebih buruk dari kenyataan yang kujalani.
Semua yang pernah kuimpikan tentang keindahan seolah hilang seiring perjalananku mengarungi hidup ini yang penuh liku. Senyuman yang terbayang itu kini hilang seiring kejujuran yang lama ku pendam dan kupegang, bunga merah merekah dan putih mewangi itu hanyalah sebuah impian dan selalu menjadi bayangan disetiap langkahku.
Didesa itu kutemukan sebuah pelabuhan, terlihat indah dan sepi pelabuhan itu, lama kuberdiam didermaga dekat pohon nyiur tua itu. Kutemukan sebuah kehangatan dan senyuman, seolah tlah ku dapatkan semua yang ku impikan.
Tapi tiba-tiba langit mendung alam yang dulu sangat tenang oh sulit kubayangkan, angin yang dahulu sepoy berubah meraung-raung, apakah gerangan? dari kejauhan terlihat ombak bertabrakan, ternyata badai disiang hari yang awalnya cerah. Entah apa dosaku hingga ketenanganku hancur seketika oleh badai yang datang tiba-tiba.
Badai itu memaksaku untuk pergi dari pelabuhan yang cantik dengan dermaga yang indah. Lalu pergiku ditemani oleh kekalutan hingga entah berapa mil aku berjalan sampailah disebuah gurun yang gersang yang panas bagaikan bara api yang menganga. Lalu kehausan menyerangku tiba-tiba, jangan kan air keringatpun tak kunjung keluar dari tubuhku, pucuk dicinta ulam tiba begitulah pepatah lama, dikejauhan kumelihat sebuah taman yang rindang dengan air macur berkilauan bersemangatku untuk mencapai taman itu, hari berganti malam, matahari berganti bulan tak kunjungku mencapainya entah berapa mil aku berjalan entah berapa depa aku melangkah. Akhirnya ku terpuruk ditengah gurun yang sangat tidak bersahabat.
Tak berapa lama ada sebuah bunga yang mengahampiriku, tak tahuku dari mana asal bunga itu, ia membopongku dan membawaku menaiki untanya, kurasakan rasa cintanya kasih sayang nya dan juga keikhlasannya tapi entah berapa lama lalu kuterkejut, oh sayang ternyata semua itu hanya khayalku.
Lalu berusaha kuterbangun dalam tidurku berusahaku melupakan mimpiku bersama bayangan indah penuh bunga. Mengapa dalam mimpiku selalu terbayang keharumanmu.
Akhirnya …..
Ku berjalan dipersimpangan dan berlari didalam kegelapan, iri dan dengki disekelilingku carut marut di hadapanku, kau yang terindah duduk disana entah dimana, kumengejar tapi tak kudapat, hingga ku berlari dalam kegelapan dan berjalan dalam keheningan malam, anugerah indah yang kumiliki adalah mengenalmu, kebahagian yang kudapat adalah bisa dekat dengan mu tapi siapakah kamu, kau belum kukenal dan kau hanya hadir dalam mimpiku.

>

Tidak ada komentar: